Menurut sejarah tarian ini
diperkenalkan oleh seorang ulama bernama Syech Saman dalam rangka
berdakwah.Tari ini ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk berjajar
sambil menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi
pembangunan. Para penari melakukan gerakan dengan perlahan kemudian
berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara
serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari Tari Saman saat penampilannya. Hal yang menarik
dari tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda
dari desa undangan dengan menaruhnya diatas kepala perempuan yang
menari.
Gayo Lues adalah suatu daerah yang
terletak di daerah aceh yang mana gayo lues memiliki berbagai macam seni
seperti :tari bines, tari saman,dan juga didong.Suku Gayo yang penuh keunikan hanya
satu di permukaan bumi ini, yaitu Gayo Lues, Gayo Alas, dan Gayo Laut.
Adapun perbedaannya hanya pada tempat tinggal saja. Pada dasarnya suku
Gayo itu bercita-cita untuk menjadi suku yang maju dan dapat menjawab
tantangan aman yang harus bersatu, tidak melihat perbedaan, tetapi lebih
melihat persamaan, sehingga dapat membangun masa depan yang gemilang.
Suku Gayo menjadi suku yang harus diperhitungkan untuk membangun bangsa
dan negara Republik Indonesia yang sedang menangis ini. Salah satu upaya
adalah menggali potensi budaya, sehingga dapat menumbuhkan kepribadian
yang utuh dan dapat menjadi acuan atau pedoman dalam usaha menyusun
langkah dan strategi untuk menghadapi masa depan yang cerah
Setiap pemberian identitas, pengenal atau nama dari sesuatu
selalu dihubungkan dengan kronologi peristiwa yang berlatar belakang
sejarah. Demikian pula halnya dengan nama yang disandang suku gayo.
Mengenai pendapat tentang asal nama Gayo terdapat keragaman, dengan
demikian belum ada data pasti dan penelitian khusus untuk mendapatkan
keterangannya.
“pada zaman dahulu terdapat serombongan pendatang suku
Batak Karo ke Blangkejeren, mereka melintasi sebuah desa bernama
Porang, tidak jauh dari perkampungan tersebut dijumpai telaga yang
dihuni seekor kepiting besar. Lantas para pendatang ini melihat binatang
tersebut dan berteriak Gayo…. Gayo… konon dari sinilah kemudian daerah
tersebut dinamai dengan Gayo. (M.Z. Abidin, 2003 : 11)
Untuk mengetahui asal-usul penduduk Gayo Lues, tidak
terlepas kaitannya dengan kedatangan nenek moyang Bangsa Indonesia
kepulauan Indonesia, yang dimulai lebih kurang 2000 tahun sebelum
Masehi.
“Disamping nama Gayo di atas ada juga disebutkan kata Gayo. Hal
ini terejadi karena orang-orang tertentu tidak mengerti, bahwa yang
sebenarnya adalah kata Gayo. (Nuridin Ar-Raniry, 1637 : 22)
Adapun pada masyarakat Gayo Lues ini sangat terkenal dengan
sebuah kesenian Bines, yang mana Tari Bines merupakan tarian
tradisional yang berasal dari Kabupaten Gayo Lues. Kesenian budaya Tari
Bines ini ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk dan berdiri
berjajar sambil menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi
pembangunan. Dalam perkembangannya, Tari Bines mulai dimasukkan kedalam
kisah-kisah lain didalam syairnya, sesuai dengan tuntutan waktu dan
maksud pergelarannya tanpa merubah bentuk aslinya yang sudah dikenal
masyarakat. Sesuai dengan perkembangan zaman Tari Bines ini dapat
ditarikan dalam rangka apa saja, baik itu pada upacara pemotongan padi
yang biasanya dilakukan pada masyarakat Gayo Lues ataupun pada acara
perkawinan, dan acara besar lainnya.
Perkembangan Tari Bines di Gayo
Lues juga sudah sangat pesat, yang mana tarian ini sekarang sudah
dikreasikan pada masyarakat Gayo Lues, dan juga sudah sering
diperlombakan antara Kecamatan sampai-sampai sudah menjadi tarian yang
inti di Gayo Lues.
Sekilah sejarah tentang asal mula kesenian Tari Bines yang
lahir dari seekor gajah putih yang merupakan sebuah tunggakan dari
seorang Raja Aceh Gayo yang pertama. Seiring berjalannya raja dengan
menunggangi gajah tersebut, tiba-tiba gajah putih yang ditunggangi
berhenti di tengah jalan, dan akhirnya mengakibatkan jalan itu menjadi
terhalang. Lalu untuk membuah gajah itu berjalan kembali, maka
dikumpulkan pada muda-mudi yang ada disekitar jalan tersebut untuk
mengusir gajah tersebut dengan mengelilinginya sambil menepuk tangan dan
bersorak agar gajah tersebut mau pergi. Maka, tepukan tangan para
muda-mudi tersebut sambil mengelilingi gajah putih itu menjadi awal dari
lahirnya Tarian Bines.
Mengenai perkembangan Tari Bines di Gayo Lues ini,
dilakukan agar masyarakat di Gayo Lues lebih dapat mengembangkan lagi
Tari Bines ini, dan dilestarikan sampai turun temurun. Selain itu
penelitian ini juga dilakukan untuk lebih memahami sejarah dan asal mula
dari mana Tari Bines ini berasal. Pada dasarnya Tari Bines merupakan
tarian yang berasal dari Gayo Lues, jadi untuk penelitian ini juga dapat
dilakukan untuk mengetahui bagaimana orang Gayo memiliki dan
membudayakan sejumlah nilai budaya sebagai acuan tingkah laku untuk
mencapai ketertiban, disiplin, kesetiakawanan, gotong royong, dan
kerajinan.
Tari adalah suatu ekspresi jiwa manusia yang bersifat
estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara
tekstual, tari dapat dipahami dari bentuk dan teknis yang berkaitan
dengan komposisinya atau teknik penarinya. Dilihat secara kontekstual
yang berhubungan dengan ilmu sosiologi maupun antropologi, tari adalah
bagian imanent dan integral dari dinamika sosio-kultural masyarakat.
Kehadiran tari itu sesungguhnya tak akan lepas dari masyarakat
pendukungnya, sehingga keberadaan tari dengan lingkungannya benar-benar
merupakan masalah sosial yang cukup menarik. Bila diperhatikan dengan
cermat, tari-tarian yang ada di Indonesia ada yang merupakan ekspresi
jiwa yang dikuasai oleh akal dan adapula yang dikuasai oleh rasa emosi.
Selain itu, tarian yang indah itu bukan sekedar gemulai, tetapi
bagaimana bentuk tari itu mengungkapkan makna maupun pesan tertentu
sehingga dapat mempesona. Sehingga dapat didefinisikan tari adalah
ekspresi jiwa manusia melalui gerak – gerik ritmis yang indah.
Disamping itu adapula bentuk kesenian seperti : Tari Guel, Tari Manalu, Didong, dan Sebuku, yang juga tidak terlupakan dari
masa kemasa, karena orang Gayo kaya akan seni budaya. Dalam seluruh segi
kehidupan, orang Gayo memiliki dan membudayakan sejumlah nilai budaya
sebagai acuan tingkah laku untuk mencapai ketertiban, disiplin,
kesetiakawanan, gotong royong dan rajin.
Bagaimana perkembangan dan peranan Tari Bines di Gayo Lues? Pada
dasarnya Tari Bines ini merupakan tarian yang ditarikan tanpa
menggunakan istrumen musik melainkan dengan menggunakan nyanyian dari
hati yang berisikan syair-syair dan nasihat-nasihat yang berguna. Adapun
Tari Bines ini pementasannya dapat dilakukan dipanggung maupun
dilapangan terbuka, sesuai dimana tarian ini diadakan. Pada motif gerak
dalam Tari Bines ini adalah bermacam-macam Tari Bines ini dilakukan
dengan gerakan bergoyang pinggul sambil menepuk-nepuk tangan dengan
badan agak sedikit membungkuk, dan ada juga yang mengayunkan kedua
tangan sambil memetik – metik jari. Gerakan ini dilakukan dengan cara
melingkar sambil bersyair, begitulah gerakan-gerakan Tari Bines.
Dewasa ini didong muncul kembali
dengan lirik-lirik yang hampir sama ketika zaman Jepang, yaitu berupa
protes (anti kekerasan). Bedanya, dewasa ini protesnya ditujukan kepada
pemerintah yang selama sekian tahun menerapkan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer, sehingga menyengsarakan rakyat. Protes anti kekerasan
sebenarnya bukan hanya terjadi pada kesenian didong, melainkan juga pada
bentuk-bentuk kesenian lain yang ada di Aceh.
0 comments:
Post a Comment