Di Aceh terdapat dua jenis kopi yang di budidayakan adalah kopi
Arabica dan kopi Robusta. Dua jenis Kopi Gayo Aceh yang sangat terkenal
yaitu kopi Gayo (Arabica) dan kopi Ulee Kareeng (Robusta). Untuk kopi
jenis Arabica umumnya dibudidayakan di wilayah dataran tinggi “Tanah
Gayo”, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues, sedangkan di Kabupaten Pidie
(terutama wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat lebih dominan
dikembangkan oleh masyarakat disini berupa kopi jenis Robusta.
Kopi Arabica agak besar dan berwarna hijau gelap, daunnya berbentuk
oval, tinggi pohon mencapai tujuh meter. Namun di perkebunan kopi,
tinggi pohon ini dijaga agar berkisar 2-3 meter. Tujuannya agar mudah
saat di panen. Pohon Kopi Arabica mulai memproduksi buah pertamanya
dalam tiga tahun. Lazimnya dahan tumbuh dari batang dengan panjang
sekitar 15 cm. Dedaunan yang diatas lebih muda warnanya karena sinar
matahari sedangkan dibawahnya lebih gelap. Tiap batang menampung 10-15
rangkaian bunga kecil yang akan menjadi buah kopi. Dari proses inilah
kemudian muncul buah kopi disebut cherry, berbentuk oval, dua buah
berdampingan.
Di Kabupaten Aceh Tengah, api unggun berjajar sepanjang jalan.
Masyarakat berkumpul di sekelilingnya. Di masing-masing tangan mereka,
terdapat cangkir dengan api mengepul di atasnya.
Udara dingin di daerah itu tepat dinikmati bersama secangkir kopi hangat. Lagipula Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah memang dikenal sebagai penghasil kopi. Salah satu andalannya: Kopi Gayo.Cita rasa Kopi Gayo terbilang. Biji kopinya dipetik langsung dari kebun setempat. “Kemudian kami olah sendiri menjadi kopi. Mulai dari penjemuran, pemanggangan, sampai penyajian ke pelanggan,” terang Jager, seorang pemilik kedai Kopi Gayo di Takengon.Dia melanjutkan, biji yang dibeli dari petani diproses dengan cara berbeda, tergantung tujuan pembuatan jenis kopi. Untuk espresso misalnya, Jager menjemur biji kopi satu hingga dua minggu“Sampai kita dapat rasa yang enak, tidak pahit,” imbuh Jager. Di kedainya, Jager menyediakan berbagai jenis kopi. Di antaranya: espresso, latte, black coffee, chocolate coffee, dan masih banyak lagi.Harga yang ditawarkan cukup murah. Untuk secangkir espresso, hanya perlu merogoh kocek Rp6 ribu hingga Rp7 ribu. Sensasi wangi dan kental bercampur pahit khas kopi terbaik Aceh sudah bisa dirasakan.
Udara dingin di daerah itu tepat dinikmati bersama secangkir kopi hangat. Lagipula Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah memang dikenal sebagai penghasil kopi. Salah satu andalannya: Kopi Gayo.Cita rasa Kopi Gayo terbilang. Biji kopinya dipetik langsung dari kebun setempat. “Kemudian kami olah sendiri menjadi kopi. Mulai dari penjemuran, pemanggangan, sampai penyajian ke pelanggan,” terang Jager, seorang pemilik kedai Kopi Gayo di Takengon.Dia melanjutkan, biji yang dibeli dari petani diproses dengan cara berbeda, tergantung tujuan pembuatan jenis kopi. Untuk espresso misalnya, Jager menjemur biji kopi satu hingga dua minggu“Sampai kita dapat rasa yang enak, tidak pahit,” imbuh Jager. Di kedainya, Jager menyediakan berbagai jenis kopi. Di antaranya: espresso, latte, black coffee, chocolate coffee, dan masih banyak lagi.Harga yang ditawarkan cukup murah. Untuk secangkir espresso, hanya perlu merogoh kocek Rp6 ribu hingga Rp7 ribu. Sensasi wangi dan kental bercampur pahit khas kopi terbaik Aceh sudah bisa dirasakan.
Kopi Gayo merupakan salah satu komoditi unggulan
yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo. Perkebunan Kopi yang telah
dikembangkan sejak tahun 1908 ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah
dan Aceh Tengah. Kedua daerah yang berada di ketinggian 1200 m dari
permukaan laut tersebut memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia
yaitu dengan luas sekitar 81.000 ha. Masing-masing 42.000 ha berada di
Kabupaten Bener Meriah dan selebihnya 39.000 ha di Kabupaten Aceh
Tengah.
Gayo adalah nama Suku Asli yang mendiami daerah ini. Mayoritas masyarakat Gayo berprofesi sebagai Petani Kopi. Varietas Arabica mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo. Produksi Kopi Arabica yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia
Gayo adalah nama Suku Asli yang mendiami daerah ini. Mayoritas masyarakat Gayo berprofesi sebagai Petani Kopi. Varietas Arabica mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo. Produksi Kopi Arabica yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia
Kopi Gayo merupakan salah satu kopi khas
Nusantara asal Aceh yang cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan di
dunia. Kopi Gayo memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Kebanyakan
kopi yang ada, rasa pahitnya masih tertinggal di lidah kita, namun tidak
demikian pada kopi Gayo. Rasa pahit hampir tidak terasa pada kopi ini.
Cita rasa kopi Gayo yang asli terdapat pada aroma kopi yang harum dan
rasa gurih hampir tidak pahit. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa
rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain yang berasal dari Jamaika. Kopi Gayo Aceh Gayo dihasilkan dari perkebunan rakyat di
dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah. Di daerah tersebut kopi ditanam dengan
cara organik tanpa bahan kimia sehingga kopi ini juga dikenal sebagai
kopi hijau (ramah lingkungan). Kopi Gayo disebut-sebut sebagai kopi
organik terbaik di dunia.
Penasaran bukan dengan kopi gayo,jika anda berkunjungg ke Aceh,sepanjang jalan banyak sekali orang yang buka usaha kedai kopi dengan bermacam citarasa yang mengoyangkan lidah anda
selamat mencoba
0 comments:
Post a Comment