Thursday, May 29, 2014

Renungan Ayah Dan Bunda

Ayah dan Bunda...

Mereka adalah sosok yang sangat luar biasa dalam kehidupan kita..

Kita menjadi saksi perjuangan mereka yang begitu sangat luar biasa dalam kehidupan ini..

Cucuran keringat yang keluar..

Perginya ayah kita dari rumah kita tuk mencari nafkah..

Pagi siang malam kadang tak pulang..

Ternyata semua itu dilakukannya untuk kita..

Lalu bagaimana dengan bunda??

Tidak pernah dihiraukannya rasa sakit yang mendera..

Apalagi saat kita dikandungnya..

9 Bulan kita berada diperutnya..

Saat-saat yang menegangkan saat kita dilahirkan..

Itu adalah saat yang paling berat dirasakan oleh ibunda kita..

Yang  ada di fikirannya hanyalah bagaimana kita bisa keluar dengan selamat menatap dunia ini..

Maka yang pantas bagi kita adalah apa?

Kita mengangkat tangan..

Kita bermunajat..

Kita meminta kepada Alloh untuk Ayah dan Bunda kita..

Duhai Alloh Yang Maha Rohman dan Maha Rohim..

Engkau pasti mendengar apa yang kami pinta yaa Alloh..

Engkau pasti tahu apa yang kami harapkan untuk ayah dan bunda kami..

Ya Alloh selamatkan mereka yaa Robb..

Jikalau mereka masih hidup kami hanya memohon..

Panjangkan  umur  tho’at mereka..

Umur ibadah mereka..

Jangan susahkan mereka dalam kehidupan ini..

Karena mereka sudah susah mengasuh kami membesarkan kami..

Jangan biarkan kami membuat hati mereka luka..

Bahkan air mata mengalir dari kedua mata mereka..

Ya Alloh yaa Robbana..

Untuk mereka ayah bunda kami yang sudah berada dialam kuburnya..

Kami memohon kepada-Mu..

Jangan siksa yaa Alloh jangan diazab..

Jadikan kuburnya taman-taman Syurga..

Berikan haruman Syurga didalam kuburnya..

Jadikan setiap amal baiknya sahabat baginya..

Kami menjadi saksi yaa Alloh..

Bahwa mereka adalah orang yang luar biasa dalam kehidupan kami..

Ya Robbi...

Jikalau nanti yaa Alloh..

Engkau betul-betul selamatkan kami..

Kami hanya ingin Engkau pertemukan kami dengan kedua orang tua kami lagi..

Rindu yaa Robb..

Rindu hati ini..

Menatap wajahnya mendengar suaranya..

Rindu akan kehangatan pelukannya yaa Alloh..

Yaa Robbi Yaa Robbanaa..

Syurga tidak akan indah tanpa kedua orang tua kami..

Syurga itu tak akan indah tanpa mereka yaa Robb..

Mereka itu yang membuat kami seperti ini..

Mereka telah menjadikan kami bermanfaat seperti ini dalam kehidupan..

Maka yaa Robb..

Maka jangan biarkan kami terpisah..

Jangan biarkan kami tidak dapat lagi menatap wajah keduanya ya Alloh..

Ya Robbanaa..

Selamatkan mereka..

Selamatkan mereka..

Monday, May 12, 2014

Sosor Bebek

Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda (kadang kadang abu-abu). Bunga majemuk, buah kotak. Bila dimakan cocor bebek rasanya agak asam dan dingin.

Cocor bebek menjadi tanaman yang umum di daerah beriklim tropika seperti Asia, Australia, Selandia Baru, India Barat, Makaronesia, Maskarenes, Galapagos, Melanesia, Polinesia, and Hawaii.Di banyak daerah tersebut, seperti di Hawaii, tanaman ini dianggap sebagai spesies yang invasif.

Alasan utama penyebarannya yang besar adalah karena kepopuleran tanaman ini sebagai tanaman hias.

Nama Lokal :
Buntiris, Jampe, Jukut kawasa, tere, ceker itik (Sunda); Suru bebek, sosor bebek, teres, tuju dengen (Jawa),; Didingin beueu (Aceh), Mamala (Halmahera), Rau kufiri (Ternate); Kabi-kabi (Tidore), dau ancar bebek, daun ghemet (Madura); Lou di sheng gen (China).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit panas, Sakit kepala, Batuk, Melancarkan air seni;

Pemanfaatan :

BAGIAN YANG DIPAKAI: Seluruh tanaman, pemakaian segar.

KEGUNAAN:
- Bisul,koreng, pembengkakan payudara (mastitis), memar, tulang patah.
- Rheumatik, wasir, buang air kecil kurang lancar, datang haid tidak
  teratur.
- Diare. bengkak-hengkak, peluruh dahak, penurun panas.
- Radang amandel (Tonsilitis), radang telinga tengah (Otitis media
  acuta).
- Batuk darah, muntah darah, luka berdarah.
- Terbakar dan tersiram air panas.

PEMAKAIAN: 30 - 60 gr tumbuhan segar direbus.

PEMAIKAIAN LUAR:
Daun dilumatkan, dipakai ditempat yang sakit sebagai tapal pada:
1. Disentri, diare. menurunkan demam:
    Tapal di perut, sehari diganti 2 kali

2. Bisul. koreng, mastitis, memar:
30 - 60 gr daun sosor bebek dilumatkan, ambil airnya (peras) ditambah madu, minum, sisa perasan daun, ditempelkan pada tempat kelainan sebagai tapal.

3. Radang amandel:
    5 - 10 lembar daun sosor bebek segar dilumatkan, ambil airnya untuk
    kumur-kumur (gargle).

4. Radang telinga luar (Otitis externa).
    Air perasan daun sosor bebek dipakai untuk obat tetes telinga.

CARA PEMAKAIAN:
1. Nyeri lambung (Gastritis):
    Air perasan 5 lembar daun sosor bebek ditambah sedikit  garam,
    minum.

2. Muntah darah:
    7 lembar daun sosor bebek dilumatkan, campur arak + gula  merah
    (gula enau), ditim, minum hangat-hangat.

3. Sendi-sendi sakit (Rheumatik):
    Seluruh tanaman sosor bebek seberat 30 gr direbus, minum airnya,
    atau:
    4 lembar daun sosor bebek,
    1 sendok teh adas,       
    1 jari pulosari,                    
    2 jari gula enau, dan                  
    3 gelas air.
    Semua bahan direbus sampai menjadi 3/4-nya, sesudah dingin
    disaring, diminum 3 x sehari @ 3/4 gelas.

4. Wasir:
    Daun sosor bebek dicuci bersih, diangin-anginkan sampai kering,
    dibuat menjadi bubuk.
    Pemakaian: 1 sendok makan bubuk diseduh air panas 3/4 cangkir,
    ditambah madu 1 sendok makan, minum hangat-hangat, sehari 3 kali.

PERHATIAN :
Dilarang memakan herba sosor bebek bila ada kegagalan fungsi pencernaan (kelenjar pancreas menurun, dingin).

Monday, May 5, 2014

SUTAN SJAHRIR

Sejak di bandung, Bung Syahrir telah aktif dalam organisasi pelajar dan bertemu dengan sukarno yang saat itu juga kuliah dibandung. Saat kuliah di Belanda, Bung Syahrir dekat dengan Bung Hatta bahkan menjadi sekretaris Perhimpunan Indonesia (PI) yang diketuai oleh Bung Hatta . Waktu itu umurnya baru 21 tahun. Bung Syahrir sangat aktif mengkaji sosialisme dan marksisme. Menariknya, ia tidak memilih paham komunisme. Bung syahrir justru mengembangkan pemikiran sosialisme kerakyatan atau sosial demokrat. Dia mengamati bahwa konflik antar kelas tidak membuat kapitalisme runtuh, tetapi kapitalisme akan mengadopsi kepentingan buruh. Oleh karenanya, perjuangan buruh harus melalui cara yang demokratis, tidak perlu dicapai dengan cara revolusi atau ekonomi komando ala lenin-stalin. Selain itu, totalisme kanan yang cenderung fasis juga harus dilawan. Olehnya itu, Baginya, demokrasi harus di dorong di indonesia untuk mencegah kembalinya feodalisme pasca kolonialisme yang akan tetap membelenggu rakyat. Politik sosial demokrasi bagi syahrir adalah membebaskan manusia dari kebodohan dan ketergantungan. Memperjuangkan kemerdekaan yaitu bebas dari penindasan oleh manusia terhadap manusia.
Ada satu cerita perihal sikap konsekuen pribadi Syahrir yang anti-kekerasan. Di pengujung Desember 1946, Perdana Menteri Syahrir dicegat dan ditodong pistol oleh serdadu NICA. Saat serdadu itu menarik pelatuk, pistolnya macet. Karena geram, dipukullah Syahrir dengan gagang pistol. Berita itu kemudian tersebar lewat Radio Republik Indonesia. Mendengar itu, Syahrir dengan mata sembab membiru memberi peringatan keras agar siaran itu dihentikan, sebab bisa berdampak fatal dibunuhnya orang-orang Belanda di kamp-kamp tawanan oleh para pejuang republik, ketika tahu pemimpinnya dipukuli.
Syahrir populer di kalangan para wartawan yang meliput sidang Dewan Keamanan PBB, terutama wartawan-wartawan yang berada di Indonesia semasa revolusi. Beberapa surat kabar menamakan Syahrir sebagai The Smiling Diplomat.
Syahrir mewakili Indonesia di PBB selama 1 bulan, dalam 2 kali sidang. Pimpinan delegasi Indonesia selanjutnya diwakili oleh Lambertus Nicodemus Palar (L.N.) Palar sampai tahun 1950
Tokoh yang berperawakan kecil ini sehingga akrab dipanggil "Bung Kecil" ini mempunyai karir yang bersinar diawal kemerdekaan. Diangkat menjadi perdana menteri pertama indonesia pada usia 36 tahun karena kepiawaiannya meskipun berasal dari partai yang kecil, Syahrir sangat proaktif dalam proses perundingan dengan Belanda dan mendorong terbentuknya dubes indonesia di luarnegeri dan perwakilan PBB. Politik bebas aktif dan sistem multipartai adalah bagian dari buah pikiran syahrir.  Namun dalam proses perundingan linggar jati, hasil perundingannya mendapat kritik dari berbagai partai sehingga membuatnya lengser digantikan oleh Amir Syarifuddin yang juga dari PSI. Selanjutnya Syahrir menjadi penasehat presiden Sukarno dan aktif di partai Sosialis indonesia yang dipimpinnya. Pada saat era demokrasi terpimpin, Pemerintahan Sukarno menjadi buta kritik dan  sebuah pertemuan dibali yang dianggap makar oleh intelejen membuat syahrir dijadikan tahanan politilk hingga menemui ajalnya. Meskipun setelah meninggal, langsung dijadikan pahlwan nasional.

Sunday, May 4, 2014

LAKSAMANA MALAHAYATI

Kita mengetahui banyak pelaut tangguh, dan yang kita tahu biasanya mereka semua adalah laki-laki. Tapi siapa sangka, dunia ini ternyata memiliki sejarah tentang betapa hebatnya para pelaut wanita. Sejarah mencatat beberapa pelaut paling terkenal di dunia, yang muncul di tiap era yang berbeda.
Dianggap sebagai salah satu pelaut wanita terbaik di dunia, Grace O’ Malley, wanita asal Irlandia ini memang memperlihatkan keulungan dan kehebatannya sebagai seorang pelaut handal. Melaut baginya bukan hanya karena kecintaannya terhadap profesi pelaut, tapi untuk membuktikan kepada dunia bahwa dialah yang terbaik, dibandingkan dengan rekan-rekan lelaki yang satu kapal dengannya. Sejarah pun mencatat bahwa Grace adalah wanita “bajak laut” terhebat di dunia. Tidak ada yang menyangkali bahwa ketrampilannya melaut melebihi para pelaut laki-laki saat itu.
Masih ada lagi pelaut wanita ulung lainnya. Naomi James yang lahir di sebuah peternakan domba di Selandia Baru. Wanita yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya berenang di usianya yang sudah mencapai 23 tahun, pada akhirnya mampu memecahkan rekor dunia dengan berlayar sendirian mengelilingi dunia selama 272 hari.
Lantas siapa pula yang tidak kenal si Laura Dekker. Pada usianya yang masih sangat belia, sekitar 16 tahun, ia sudah berlayar sendirian. Wanita muda asal Belanda ini tiba di kepulauan Karibia, Saint Maarten pada hari Sabtu 21 Januari 2012. Ia berlayar seorang diri selama satu tahun satu hari dengan menggunakan kapal berukuran 11×5 meter, yang ia namai sendiri dengan sebutan ‘Guppy’.
Masih ada beberapa nama pelaut wanita yang sangat hebat di atas laut. Tapi apakah kita tahu bahwa ternyata seorang pelaut wanita asal Indonesia pantas disejajarkan dengan pelaut-peluat wanita ulung tersebut. Namanya memang belum dikenal secara luas, apalagi media barat tidak pernah memberitakan atau mengulasnya. Namanya Malayahati.
Sebagai pelaut dan pejuang wanita, Malahayati pernah memimpin 2000 orang yang terdiri dari para janda yang suaminya telah tewas sebagai pahlawan di medan laga (mereka dikenal dengan sebutan pasukan Inong Balee) untuk berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada tanggal 11 September 1599. Pada pertempuran tersebut, ia berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam sebuah duel di atas geladak kapal. Oleh karena itulah juga wanita ini memperoleh gelar laksamana. Wanita pertama di dunia yang memperoleh gelar laksamana.
 
Laksamana Keumalahayati merupakan wanita pertama di dunia yang pernah menjadi seorang laksamana. Ia lahir pada masa kejayaan Aceh, tepatnya pada akhir abad ke-XV. Berdasarkan bukti sejarah (manuskrip) yang tersimpan di University Kebangsaan Malaysia dan berangka tahun 1254 H atau sekitar tahun 1875 M, Keumalahayati berasal dari keluarga bangsawan Aceh.
Belum ditemukan catatan sejarah secara pasti yang menyebutkan kapan tahun kelahiran dan tahun kematiannya. Diperkirakan, masa hidupnya sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI.
Laksamana Keumalahayati adalah putri dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya bernama Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam sekitar tahun 1530-1539 M. Sultan Salahuddin Syah merupakan putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M) yang merupakan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam. Jika dilihat dari silsilah tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Laksamana Keumalahayati merupakan keturunan darah biru atau keluarga bangsawan keraton. Ayah dan kakeknya pernah menjadi laksamana angkatan laut.
Jiwa bahari yang dimiliki ayah dan kakeknya tersebut kelak berpengaruh besar terhadap kepribadiannya. Meski sebagai seorang wanita, ia tetap ingin menjadi seorang pelaut yang gagah berani seperti ayah dan kakeknya tersebut.

Kisah perjuangan LAKSAMANA MALAHAYATI  dimulai dari sebuah perang di perairan Selat Malaka, yaitu antara armada pasukan Portugis dengan Kesultanan Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al- Mukammil dan dibantu oleh dua orang laksamana.
Pertempuran sengit terjadi di Teluk Haru dan dimenangkan oleh armada Aceh, meski harus kehilangan dua laksamananya dan ribuan prajuritnya yang tewas di medan perang. Salah satu yang tewas tersebut adalah suami Laksamana Keumalahayati sendiri yang menjabat sebagai Komandan Protokol Istana Darud-Dunia. Setelah suaminya meninggal dunia dalam peperangan tersebut, ia berjanji akan menuntut balas dan bertekad meneruskan perjuangan suaminya meski secara sendirian. Untuk memenuhi tujuannya tersebut, Laksamana Keumalahayati meminta kepada Sultan al-Mukammil untuk membentuk armada Aceh yang semua prajuritnya adalah wanita- wanita janda karena suami mereka gugur dalam Perang Teluk Haru.
Permintaan Keumalahayati akhirnya dikabulkan. Ia diserahi tugas memimpin Armada Inong Balee dan diangkat sebagai laksamananya. Ia merupakan wanita Aceh pertama yang berpangkat laksamana (admiral) di Kesultanan Aceh Darussalam. Armada ini awalnya hanya berkekuatan 1000 orang, namun kemudian diperkuat lagi menjadi 2000 orang. Teluk Lamreh Krueng Raya dijadikan sebagai pangkalan militernya. Di sekitar teluk ini, ia membangun Benteng Inong Balee yang letaknya di perbukitan. Setelah memangku jabatan sebagai laksamana, Keumlahayati mengkoordinir pasukannya di laut, mengawasi berbagai pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah penguasaan syahbandar, dan mengawasi kapal-kapal jenis galey milik Kesultanan Aceh Darussalam.
Seorang nahkoda kapal Belanda yang berkebangsaan Inggris, John Davis, mengungkapkan fakta bahwa pada masa kepemimpinan militer Laksanana Keumalahayati, Kesultanan Aceh Darussalam memiliki perlengkapan armada laut yang di antaranya terdiri dari 100 buah kapal (galey) dengan kapasitas penumpang 400-500 orang.
Kisah perjuangan Laksamana Keumalahayati tidak berhenti di sini. Ia pernah terlibat dalam pertempuran melawan kolonialisme Belanda. Ceritanya, pada tanggal 22 Juni 1586, Cornelis de Houtman memimpin pelayaran pertamanya bersama empat buah kapal Belanda dan berlabuh di Pelabuhan Banten. Setelah kembali ke Belanda, pada pelayaran yang kedua, ia memimpin armada dagang Belanda yang juga dilengkapi dengan kapal perang. Hal itu dilakukan untuk menghadapi kontak senjata dengan Kesultanan Aceh Darussalam pada tanggal 21 Juni 1599. Dua buah kapal Belanda bernama de Leeuw dan de Leeuwin yang dipimpin oleh dua orang bersaudara, Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman, berlabuh di ibukota Kesultanan Aceh Darussalam.
Pada awalnya, kedatangan rombongan tersebut mendapat perlakuan yang baik dari pihak kesultanan karena adanya kepentingan hubungan perdagangan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya Sultan al-Mukammil tidak senang dengan kehadiran rombongan tersebut dan memerintahkan untuk menyerang orang-orang Belanda yang masih ada di kapal- kapalnya. Ada dugaan bahwa sikap Sultan tersebut banyak dipengaruhi oleh hasutan seseorang berkebangsaan Portugis yang kebetulan menjadi penerjemahnya. Serangan tersebut dipimpin sendiri oleh Laksamana Keumalahayati. Alhasil, Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya terbunuh, sedangkan Frederick de Houtman tertangkap dan dimasukkan ke dalam penjara (selama 2 tahun). Keberhasilan Laksamana Keumalahayati merupakan sebuah prestasi yang sungguh luar biasa. Keumalahayati ternyata bukan hanya sebagai seorang Laksamana dan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh Darussalam, namun ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Pasukan Wanita Pengawal Istana. Jabatan ini merupakan tugas kesultanan dalam bidang diplomasi dan ia bertindak sebagai juru runding dalam urusan-urusan luar negeri. Ia sendiri telah menunjukkan bakatnya dan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Ia memiliki sifat dan karakter yang tegas sekaligus berani dalam menghadapi berbagai momen perundingan, baik dengan Belanda maupun Inggris. Meski begitu, sebagai diplomat yang cerdas, ia dapat bersikap ramah dan luwes dalam melakukan berbagai perundingan. Pada tanggal 21 November 1600, rombongan bangsa Belanda yang dipimpin Paulus van Caerden datang ke Kesultanan Aceh Darussalam. Sebelum memasuki pelabuhan, rombongan ini menenggelamkan sebuah kapal dagang Aceh dengan terlebih dahulu memindahkan segala muatan lada yang ada di dalamnya ke kapal mereka. Setelah itu datang lagi rombongan bangsa Belanda kedua yang dipimpin oleh Laksamana Yacob van Neck. Mereka mendarat di Pelabuhan Aceh pada tanggal 31 Juni 1601.
Mereka memperkenalkan diri sebagai bangsa Belanda yang datang ke Aceh untuk membeli lada. Setelah mengetahui bahwa yang datang adalah bangsa Belanda, Laksamana Keumalahayati langsung memerintahkan anak buahnya untuk menahan mereka. Tindakan tersebut mendapat persetujuan Sultan al- Mukammil karena sebagai ganti rugi atas tindakan rombongan Belanda sebelumnya.
Pada tanggal 23 Agustus 1601, tiba rombongan bangsa Belanda ketiga yang dipimpin oleh Komisaris Gerard de Roy dan Laksamana Laurens Bicker dengan empat buah kapal (Zeelandia, Middelborg, Langhe Bracke, dan Sonne) di Pelabuhan Aceh. Kedatangan mereka memang telah disengaja dan atas perintah Pangeran Maurits. Kedua pimpinan rombongan mendapat perintah untuk memberikan sepucuk surat dan beberapa hadiah kepada Sultan al-Mukammil. Sebelum surat diberikan, sebenarnya telah terjadi perundingan antara Laksamana Keumalahayati dengan dua pimpinan rombongan Belanda. Isi perundingan tersebut adalah terwujudnya perdamaian antara Belanda dan Kesultanan Aceh, dibebaskannya Frederick de Houtman, dan sebagai imbalannya Belanda harus membayar segala kerugian atas dibajaknya kapal Aceh oleh Paulus van Caerden (akhirnya Belanda mau membayar kerugian sebesar 50.000 golden).
Setelah itu hubungan antara Belanda dan Kesultanan Aceh berlangsung cukup baik. Kehadiran bangsa Belanda dapat diterima secara baik di istana kesultanan dan mereka diperbolehkan berdagang di Aceh. Sebagai lanjutan dari hubungan baik antara Belanda dan Kesultanan Aceh, maka diutuslah tiga orang untuk menghadap Pangeran Maurits dan Majelis Wakil Rakyat Belanda. Ketiga orang itu adalah Abdoel Hamid, Sri Muhammad (salah seorang perwira armada laut di bawah Laksamana Keumalahayati), dan Mir Hasan (bangsawan kesultanan).
Meski sedang dilanda perang melawan kolonialisme Spanyol, pihak Belanda menyambut utusan Aceh tersebut dengan upacara kenegaraan.
Peran diplomatik Laksamana Keumalahayati masih berlanjut. Hal ini bermula dari keinginan Inggris untuk menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Aceh Darussalam.
Ratu Elizabeth I (1558-1603 M) mengirim utusan untuk membawa sepucuk suratnya kepada Sultan Aceh al- Mukammil. Rombongan yang dipimpin oleh James Lancaster, seorang perwira dari Angkatan Laut Inggris ini, tiba di Pelabuhan Aceh pada tanggal 6 Juni 1602. Sebelum bertemu dengan Sultan al-Mukammil, Lancaster mengadakan perundingan dengan Laksamana Keumalahayati. Dalam perundingan itu, Lancaster menyampaikan keinginan Inggris untuk menjalin kerjasama dengan Kesultanan Aceh Darussalam. Ia juga berpesan agar Laksamana Keumalahayati memusuhi Portugis dan berbaik hati dengan Inggris. Laksamana Keumalahayati meminta agar keinginan tersebut dibuat secara tertulis dan diatasnamakan Ratu Inggris. Setelah surat tersebut selesai dibuat, Lancaster diperkenankan menghadap Sultan al-Mukammil. LAKSAMANA MALAHAYATI juga berperan besar dalam menyelesaikan intrik kesultanan. Hal ini bermula dari peristiwa penting perihal suksesi kepemimpinan di Kesultanan Aceh Darussalam. Pada tahun 1603 M, Sultan al-Mukammil menempatkan anak lekaki tertuanya sebagai pendamping dirinya. Namun, rupanya putra tersebut berkhianat terhadap ayahnya dan mengangkat dirinya sebagai Sultan Aceh dengan gelar Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M). Pada masa awal kepemimpinannya, berbagai macam bencana menimpa Kesultanan Aceh Darussalam, seperti kemarau yang berkepanjangan, pertikaian berdarah antar saudara, dan ancaman dari pihak Portugis. Tidak ada keinginan kuat dari Sultan Ali Riayat Syah untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan serius. Maka banyak timbul rasa kekecewaan dari punggawa kesultanan, salah satu di antaranya adalah Darmawangsa Tun Pangkat, kemenakannya sendiri. Darmawangsa ditangkap dan dipenjara atas perintah Sultan. Pada bulan Juni 1606, Portugis menyerang Kesultanan Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Alfonso de Castro. Ketika itu Darmawangsa masih berada di penjara. Ia memohon kepada Sultan Ali Riayat Syah agar dirinya dapat dibebaskan dan dapat ikut bertempur melawan Portugis. Dengan didukung adanya pemintaan LAKSAMANA MALAHAYATI Darmawangsa akhirnya dapat dibebaskan. Mereka berdua akhirnya berjuang bersama dan dapat menghancurkan pasukan Portugis. Oleh karena Sultan Ali Riayat Syah dianggap banyak kalangan tidak cakap lagi memimpin kesultanan, maka Laksamana Keumalahayati melakukan manuver dengan cara menurunkan Sultan Ali Riayat Syah dari tahta kekuasaan. Darmawangsa akhirnya terpilih sebagai Sultan Aceh dengan gelar Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Pada masanya, Kesultanan Aceh Darussalam mencapai zaman keemasan.
Tentu, bukan hanya dengan mengabadikan namanya untuk kapal perang atau jalan. Melainkan juga menerapkan nilai-nilai perjuangannya dalam kehidupan sehari-hari.