Monday, May 5, 2014

SUTAN SJAHRIR

Sejak di bandung, Bung Syahrir telah aktif dalam organisasi pelajar dan bertemu dengan sukarno yang saat itu juga kuliah dibandung. Saat kuliah di Belanda, Bung Syahrir dekat dengan Bung Hatta bahkan menjadi sekretaris Perhimpunan Indonesia (PI) yang diketuai oleh Bung Hatta . Waktu itu umurnya baru 21 tahun. Bung Syahrir sangat aktif mengkaji sosialisme dan marksisme. Menariknya, ia tidak memilih paham komunisme. Bung syahrir justru mengembangkan pemikiran sosialisme kerakyatan atau sosial demokrat. Dia mengamati bahwa konflik antar kelas tidak membuat kapitalisme runtuh, tetapi kapitalisme akan mengadopsi kepentingan buruh. Oleh karenanya, perjuangan buruh harus melalui cara yang demokratis, tidak perlu dicapai dengan cara revolusi atau ekonomi komando ala lenin-stalin. Selain itu, totalisme kanan yang cenderung fasis juga harus dilawan. Olehnya itu, Baginya, demokrasi harus di dorong di indonesia untuk mencegah kembalinya feodalisme pasca kolonialisme yang akan tetap membelenggu rakyat. Politik sosial demokrasi bagi syahrir adalah membebaskan manusia dari kebodohan dan ketergantungan. Memperjuangkan kemerdekaan yaitu bebas dari penindasan oleh manusia terhadap manusia.
Ada satu cerita perihal sikap konsekuen pribadi Syahrir yang anti-kekerasan. Di pengujung Desember 1946, Perdana Menteri Syahrir dicegat dan ditodong pistol oleh serdadu NICA. Saat serdadu itu menarik pelatuk, pistolnya macet. Karena geram, dipukullah Syahrir dengan gagang pistol. Berita itu kemudian tersebar lewat Radio Republik Indonesia. Mendengar itu, Syahrir dengan mata sembab membiru memberi peringatan keras agar siaran itu dihentikan, sebab bisa berdampak fatal dibunuhnya orang-orang Belanda di kamp-kamp tawanan oleh para pejuang republik, ketika tahu pemimpinnya dipukuli.
Syahrir populer di kalangan para wartawan yang meliput sidang Dewan Keamanan PBB, terutama wartawan-wartawan yang berada di Indonesia semasa revolusi. Beberapa surat kabar menamakan Syahrir sebagai The Smiling Diplomat.
Syahrir mewakili Indonesia di PBB selama 1 bulan, dalam 2 kali sidang. Pimpinan delegasi Indonesia selanjutnya diwakili oleh Lambertus Nicodemus Palar (L.N.) Palar sampai tahun 1950
Tokoh yang berperawakan kecil ini sehingga akrab dipanggil "Bung Kecil" ini mempunyai karir yang bersinar diawal kemerdekaan. Diangkat menjadi perdana menteri pertama indonesia pada usia 36 tahun karena kepiawaiannya meskipun berasal dari partai yang kecil, Syahrir sangat proaktif dalam proses perundingan dengan Belanda dan mendorong terbentuknya dubes indonesia di luarnegeri dan perwakilan PBB. Politik bebas aktif dan sistem multipartai adalah bagian dari buah pikiran syahrir.  Namun dalam proses perundingan linggar jati, hasil perundingannya mendapat kritik dari berbagai partai sehingga membuatnya lengser digantikan oleh Amir Syarifuddin yang juga dari PSI. Selanjutnya Syahrir menjadi penasehat presiden Sukarno dan aktif di partai Sosialis indonesia yang dipimpinnya. Pada saat era demokrasi terpimpin, Pemerintahan Sukarno menjadi buta kritik dan  sebuah pertemuan dibali yang dianggap makar oleh intelejen membuat syahrir dijadikan tahanan politilk hingga menemui ajalnya. Meskipun setelah meninggal, langsung dijadikan pahlwan nasional.

0 comments:

Post a Comment